Midwifery worLd "mind and soul"

. . . WeLcoMe to MidwiFeRy worLd . . .

Kamis, 19 Juli 2012

Etika


Apakah Etika Merupakan Bagian dari Kehidupan Sehari-hari?
Sangat jelas sekali bahwa etika merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari jika kita memutuskan untuk hidup di antara masyarakat dengan individu lainnya. Sebagai contoh: ketika membeli sebotol shampo, orang secara naluri akan memilih satu jenis yang sesuai dengan tipe rambut keluarga mereka, tetapi secara moral mereka akan memilih merek yang tidak menggunakan binatang sebagai percobaan. Contoh yang lain, ketika membeli makanan, beberapa orang mempertimbangkan penggunaan zat-zat tertentu yang dapat mengancam kesehatan mereka karena itu makanan tersebut dihindari.
Pada beberapa situasi yang serius, seseorang yang minum minuman beralkohol dan kemudian menyetir. Dapat diperdebatkan, pada saat dia menyetir sementara dalam pengaruh alkohol, pengemudi tersebut tidak sepenuhnya rasional dan karena itu pula sangat disarankan untuk lebih berhati-hati dalam membuat keputusan apakah ini tindakan yang benar atau salah.  
·         Apakah Etika?
Etika dapat diaplikasikan sebagai proses dari teori filosofi moral pada situasi nyata. Ditekankan dengan prinsip dasar dan konsep yang mengarahkan manusia dalam berpikir dan bertindak, sesuai dengan standard nilai mereka.
·         Meta – etika
Filosofi moral yang mengarahkan pada tingkat teori dengan memperhatikan  nilai alami dan status pemikiran moral serta bahasa yang digunakan secara bersungguh-sungguh dalam artian ’baik’, ’jelek’ atau ’ kebahagiaan.
·         Etika / Teori Moral
Cenderung merumuskan suatu prosedur atau mekanisme untuk memecahkan masalah etika. Kebanyakan orang dewasa saat ini, sebagai individu yang bersekolah, belajar untuk merumuskan dan memecahkan problem matematika; dapat disarankan oleh sebagian yang merasa sangat sedikit kegunaannya – dan akibat pengalaman masa kecil berpendapat adanya siksaan secara psikologis bahwa guru matematika telah mempengaruhi mereka. 
·         Etika Praktis
Berhubungan dengan isu-isu sehari-hari yang terjadi dalam kehidupan secara umum, dan juga pada daerah yang tertentu seperti obat-obatan dan bisnis. Isu sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari isu-isu tertentu, sebagaimana orang tidak dapat bersandar pada kode moral pribadi mereka (untuk kehidupan sehari-hari, dan interaksi antar manusia) dalam memasuki ruang bedah, bangsal atau kantor. Titik ini menunjukkan klien dan staf, karena itu, bentuk kode moral ini sejalan dengan area tertentu, di mana ada isu yang warga biasa tidak dapat menerima.

Apakah Isu Moral?
Tampaknya menjadi topik penting yang berhubungan dengan benar atau salah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, nilai berdasarkan tempat tinggal seseorang akan terlibat rutinitas yang berhubungan dengan orang lain, pandangan tentang aborsi, euthanasia atau hukuman. Hal itu dapat juga berhubungan dengan peristiwa luar biasa yang terjadi, seperti perang saudara atau konflik bersenjata internasional.

Apakah Dilema Moral?
Suatu masalah yang timbul oleh konflik-konflik dari prinsip-prinsip, di mana semua pilihan yang ditawarkan tampaknya tidak dapat memberikan kepuasan secara total. Jelas kelihatannya, nilai dari situasi ini tidak sepenting dengan yang digunakan untuk menangani seseorang, secara medis maupun sosial.


Apakah Konflik Moral?
Penilaian dari kekuatan antar prinsip-prinsip yang secara jelas merupakan konflik antara prinsip moral atau tanggung jawab yang kadangkala menimbulkan dilema. Ada dua jenis konflik, yang pertama adalah konflik secara prinsip seperti otonomi. Jenis kedua adalah konflik prinsip yang terpisah menjadi dua bagian. Sebagai contoh seorang ibu yang menolak menggunakan episiotomi dalam melahirkan untuk melindungi bayinya; bidan mempunyai kewajiban dalam nilai kehidupan janin tetapi juga mempertimbangkan kepentingan ibu sebagai wanita.    

Bagaimana Kita Mengatasi Dilema – Apakah Kita Perlu Teori Etika?
Seperti telah dinyatakan di atas teori etika cenderung membentuk suatu mekanisme untuk memecahkan masalah moral kita. Orang yang tidak mempunyai latar belakang dalam studi etika juga harus membuat keputusan. Beberapa keputusan sehari-hari kelihatannya dibuat secara intuitif atau praktikal, beberapa dengan “pencarian hati”, sesuai dengan kepercayaan individu dan nilai moral yang menjadi pegangan hidupnya. Disarankan dengan sedikit resmi, timbul etika secara teori. Pada umumnya, orang akan menyatakan bahwa itu semua masalah insting, persepsi atau prinsip, dan untuk beberapa hal tergantung dari situasi.

Utilitarianisme
Suatu teori berdasarkan konsekuensi dari tindakan secara murni. Dipercaya bahwa semua manusia mempunyai satu persamaan, mereka mencari kesenangan dan menghindari kesedihan. Karena itu individu mengikuti kegiatan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesenangan dan memperkecil kesedihan yang terlibat.
1.    Tindakan – Utilitarianisme
Bentuk tradisional dari utilitarianisme di mana setiap satu tindakan dinilai dari setiap konsekuensinya. Prinsip ini mudah dan dapat dipegang, semua tindakan dapat dimudahkan dalam konteks manfaat yang dihasilkan. Semakin tinggi derajat dari manfaat yang diantisipasi, semakin tinggi kesempatan dari tindakan yang benar.
2.    Aturan – Utilitarianisme
Modifikasi dari tindakan utilitarianisme, yang mempermudah suatu tindakan menurut aturan moral, aturan yang benar dan dapat menghasilkan manfaat yang maksimum. Oleh karena itu, selain tindakan pribadi yang memudahkan kegunaan prinsip, dapat juga oleh aturan moral yang diarahkan untuk mempermudah dalam memenuhi prinsip kegunaan.
3.    Beberapa Kritik tentang Utilitarianisme
Suatu keharusan untuk mempertimbangkan apakah permintaan atas nama kaum utilitarian telah diterima. Menjadi bahan pertimbangan secara mudah dan diperhitungkan dalam konteks kegunaan, lebih jauh dilihat kemungkinan bermanfaat dan memprediksi biaya. Bagaimanapun, kemudahan secara jelas atas segala sesuatu yang bermanfaat dapat hilang apabila manfaat itu diperiksa secara seksama.

Deontologis
Teori etika yang mempertimbangkan kewajiban atas isu sentral, sebagai kebalikan dari teori akan ketuhanan, yang menganggap segala sesuatu telah diciptakan Allah untuk memudahkan manusia. Para deontologis percaya apa yang baik buat dunia dari manusia adalah mengerjakan kewajiban mereka. Dengan mempertimbangkan kewajiban dulu, selain konsekuensinya, dan catatan bahwa kebahagiaan bisa didapat di manapun berada.
1.    Monoisme Rasional
Teori berdasarkan satu prinsip utama atau kewajiban yang dilakukan secara rasional dan moral. Segala tindakan dilanjutkan dengan itikad baik dan moral yang masuk akal.
2.    Deontologis Tradisional
Teori berdasarkan kekuatan religius, yang percaya adanya Tuhan dan kemurnian hidup. Teori ini selalu dikaitkan dengan perintah Tuhan dan melakukan apa-apa berdasarkan perintah-Nya pada waktu membuat keputusan yang melibatkan moral.
     
3.    Pluralisme Intuisionistik
Teori berdasarkan lebih dari satu teori prinsipil, dengan tidak adanya teori utama. Lebih menyarankan bahwa ada sejumlah aturan moral atau peraturan lainnya yang harus diikuti di mana aturan moral tersebut memiliki kepentingan yang sejajar.  

Alternatif Lainnya
Ada kalanya beberapa teori formal tidak dapat begitu saja diterapkan dalam setiap situasi. Para praktisi kesehatan cenderung untuk membangun kepekaan moral dari beberapa individu, yang dapat membedakan timbulnya benar atau salah setiap tindakan dengan persyaratan fleksibel di situasi tertentu. Prinsip untuk mengatakan kebenaran bisa jadi contoh di sini. Menurut para deontologis kita mempunyai kewajiban untuk mengatakan kebenaran setiap waktu, apa yang akan terjadi jika dengan mengatakan kebenaran dapat menimbulkan masalah lain? Apabila mengatakan kebohongan akan lebih baik, maka pilihan itu yang akan dipilih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar