Apakah Etika
Merupakan Bagian dari Kehidupan Sehari-hari?
Sangat jelas sekali bahwa etika merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari
jika kita memutuskan untuk hidup di antara masyarakat dengan individu lainnya.
Sebagai contoh: ketika membeli sebotol shampo, orang secara naluri akan memilih
satu jenis yang sesuai dengan tipe rambut keluarga mereka, tetapi secara moral
mereka akan memilih merek yang tidak menggunakan binatang sebagai percobaan.
Contoh yang lain, ketika membeli makanan, beberapa orang mempertimbangkan
penggunaan zat-zat tertentu yang dapat mengancam kesehatan mereka karena itu
makanan tersebut dihindari.
Pada beberapa
situasi yang serius, seseorang yang minum minuman beralkohol dan kemudian
menyetir. Dapat diperdebatkan, pada saat dia menyetir sementara dalam pengaruh
alkohol, pengemudi tersebut tidak sepenuhnya rasional dan karena itu pula
sangat disarankan untuk lebih berhati-hati dalam membuat keputusan apakah ini
tindakan yang benar atau salah.
·
Apakah Etika?
Etika dapat diaplikasikan sebagai proses dari teori
filosofi moral pada situasi nyata. Ditekankan dengan prinsip dasar dan konsep
yang mengarahkan manusia dalam berpikir dan bertindak, sesuai dengan standard
nilai mereka.
·
Meta – etika
Filosofi moral yang mengarahkan pada tingkat teori dengan
memperhatikan nilai alami dan status
pemikiran moral serta bahasa yang digunakan secara bersungguh-sungguh dalam
artian ’baik’, ’jelek’ atau ’ kebahagiaan.
·
Etika / Teori Moral
Cenderung merumuskan suatu prosedur atau mekanisme untuk
memecahkan masalah etika. Kebanyakan orang dewasa saat ini, sebagai individu
yang bersekolah, belajar untuk merumuskan dan memecahkan problem matematika;
dapat disarankan oleh sebagian yang merasa sangat sedikit kegunaannya – dan
akibat pengalaman masa kecil berpendapat adanya siksaan secara psikologis bahwa
guru matematika telah mempengaruhi mereka.
·
Etika Praktis
Berhubungan dengan isu-isu sehari-hari yang terjadi dalam
kehidupan secara umum, dan juga pada daerah yang tertentu seperti obat-obatan
dan bisnis. Isu sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari isu-isu tertentu,
sebagaimana orang tidak dapat bersandar pada kode moral pribadi mereka (untuk
kehidupan sehari-hari, dan interaksi antar manusia) dalam memasuki ruang bedah,
bangsal atau kantor. Titik ini menunjukkan klien dan staf, karena itu, bentuk
kode moral ini sejalan dengan area tertentu, di mana ada isu yang warga biasa
tidak dapat menerima.
Apakah Isu
Moral?
Tampaknya menjadi topik penting yang berhubungan dengan benar atau salah
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, nilai berdasarkan tempat tinggal seseorang
akan terlibat rutinitas yang berhubungan dengan orang lain, pandangan tentang
aborsi, euthanasia atau hukuman. Hal itu dapat juga berhubungan dengan
peristiwa luar biasa yang terjadi, seperti perang saudara atau konflik
bersenjata internasional.
Apakah Dilema
Moral?
Suatu masalah yang timbul oleh konflik-konflik dari prinsip-prinsip, di
mana semua pilihan yang ditawarkan tampaknya tidak dapat memberikan kepuasan
secara total. Jelas kelihatannya, nilai dari situasi ini tidak sepenting dengan
yang digunakan untuk menangani seseorang, secara medis maupun sosial.
Apakah Konflik
Moral?
Penilaian dari kekuatan antar prinsip-prinsip yang secara jelas merupakan
konflik antara prinsip moral atau tanggung jawab yang kadangkala menimbulkan
dilema. Ada dua jenis konflik, yang pertama adalah konflik secara prinsip
seperti otonomi. Jenis kedua adalah konflik prinsip yang terpisah menjadi dua
bagian. Sebagai contoh seorang ibu yang menolak menggunakan episiotomi dalam
melahirkan untuk melindungi bayinya; bidan mempunyai kewajiban dalam nilai
kehidupan janin tetapi juga mempertimbangkan kepentingan ibu sebagai wanita.
Bagaimana
Kita Mengatasi Dilema – Apakah Kita Perlu Teori Etika?
Seperti telah dinyatakan di atas teori etika cenderung membentuk suatu
mekanisme untuk memecahkan masalah moral kita. Orang yang tidak mempunyai latar
belakang dalam studi etika juga harus membuat keputusan. Beberapa keputusan
sehari-hari kelihatannya dibuat secara intuitif atau praktikal, beberapa dengan
“pencarian hati”, sesuai dengan kepercayaan individu dan nilai moral yang
menjadi pegangan hidupnya. Disarankan dengan sedikit resmi, timbul etika secara
teori. Pada umumnya, orang akan menyatakan bahwa itu semua masalah insting,
persepsi atau prinsip, dan untuk beberapa hal tergantung dari situasi.
Utilitarianisme
Suatu teori berdasarkan konsekuensi dari tindakan secara murni. Dipercaya
bahwa semua manusia mempunyai satu persamaan, mereka mencari kesenangan dan
menghindari kesedihan. Karena itu individu mengikuti kegiatan yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kesenangan dan memperkecil kesedihan yang terlibat.
1.
Tindakan – Utilitarianisme
Bentuk tradisional dari utilitarianisme di mana setiap
satu tindakan dinilai dari setiap konsekuensinya. Prinsip ini mudah dan dapat
dipegang, semua tindakan dapat dimudahkan dalam konteks manfaat yang dihasilkan.
Semakin tinggi derajat dari manfaat yang diantisipasi, semakin tinggi
kesempatan dari tindakan yang benar.
2.
Aturan – Utilitarianisme
Modifikasi dari tindakan utilitarianisme, yang
mempermudah suatu tindakan menurut aturan moral, aturan yang benar dan dapat
menghasilkan manfaat yang maksimum. Oleh karena itu, selain tindakan pribadi
yang memudahkan kegunaan prinsip, dapat juga oleh aturan moral yang diarahkan untuk
mempermudah dalam memenuhi prinsip kegunaan.
3.
Beberapa Kritik tentang Utilitarianisme
Suatu keharusan untuk mempertimbangkan apakah permintaan
atas nama kaum utilitarian telah diterima. Menjadi bahan pertimbangan secara
mudah dan diperhitungkan dalam konteks kegunaan, lebih jauh dilihat kemungkinan
bermanfaat dan memprediksi biaya. Bagaimanapun, kemudahan secara jelas atas
segala sesuatu yang bermanfaat dapat hilang apabila manfaat itu diperiksa
secara seksama.
Deontologis
Teori etika yang mempertimbangkan kewajiban atas isu sentral, sebagai
kebalikan dari teori akan ketuhanan, yang menganggap segala sesuatu telah
diciptakan Allah untuk memudahkan manusia. Para deontologis percaya apa yang
baik buat dunia dari manusia adalah mengerjakan kewajiban mereka. Dengan
mempertimbangkan kewajiban dulu, selain konsekuensinya, dan catatan bahwa
kebahagiaan bisa didapat di manapun berada.
1.
Monoisme Rasional
Teori berdasarkan satu prinsip utama atau kewajiban yang
dilakukan secara rasional dan moral. Segala tindakan dilanjutkan dengan itikad
baik dan moral yang masuk akal.
2.
Deontologis Tradisional
Teori berdasarkan kekuatan religius, yang percaya adanya
Tuhan dan kemurnian hidup. Teori ini selalu dikaitkan dengan perintah Tuhan dan
melakukan apa-apa berdasarkan perintah-Nya pada waktu membuat keputusan yang melibatkan
moral.
3.
Pluralisme Intuisionistik
Teori berdasarkan lebih dari satu teori prinsipil, dengan
tidak adanya teori utama. Lebih menyarankan bahwa ada sejumlah aturan moral
atau peraturan lainnya yang harus diikuti di mana aturan moral tersebut memiliki
kepentingan yang sejajar.
Alternatif Lainnya
Ada kalanya beberapa teori formal tidak dapat begitu saja diterapkan dalam
setiap situasi. Para praktisi kesehatan cenderung untuk membangun kepekaan
moral dari beberapa individu, yang dapat membedakan timbulnya benar atau salah
setiap tindakan dengan persyaratan fleksibel di situasi tertentu. Prinsip untuk
mengatakan kebenaran bisa jadi contoh di sini. Menurut para deontologis kita
mempunyai kewajiban untuk mengatakan kebenaran setiap waktu, apa yang akan
terjadi jika dengan mengatakan kebenaran dapat menimbulkan masalah lain?
Apabila mengatakan kebohongan akan lebih baik, maka pilihan itu yang akan
dipilih.