Midwifery worLd "mind and soul"

. . . WeLcoMe to MidwiFeRy worLd . . .

Minggu, 17 Juli 2011

Asfiksia Intrauterine

ASFIKSIA INTRAUTERIN

2.1 Definisi
Asfiksia intrauterin adalah keadaan kekurangan oksigen dan adanya penimbunan karbondioksida yang menyebabkan asidosis intrauterin akibat gangguan pertukaran gas melalui plasenta.

2.2 Patofisiologi
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transpor oksigen dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan oksigen dan dalam menghilangkan karbondioksida. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Perubahan pertukaran gas dan transpor oksigen selama kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan fungsi ini dapat ringan serta sementara atau menetap, tergantung dari perubahan homeostatis yang terdapat pada janin. Perubahan homeostatis ini berhubungan erat dengan beratnya dan lamanya anoksia atau hipoksia yang diderita.
Pada tingkat permulaan gangguan pertukaran gas transpor oksigen mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Bila gangguan berlanjut, dalam tubuh terjadi metabolisme anaerobik. Proses ini berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga sumber-sumber glikogen tubuh terutama dalam jantung dan hati berkurang. Asam-asam organik yang dihasilkan akibat metabolisme akan menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Pada tingkat lanjut terjadi gangguan kardiovaskular yang disebabkan oleh:
1.    1. Kerja jantung yang terganggu akibat dipakainya simpanan glikogen dalam jaringan jantung
2.    2. Asidosis metabolik yang menggangu fungsi sel-sel jantung
3.  3. Gangguan peredaran darah ke paru-paru karena tetap tingginya pulmonary vascular resistance.
Asidosis dan gangguan kardiovaskular ini mempunyai akibat buruk terhadap sel-sel otak dan dapat menyebabkan kematian anak atau timbulnya gejala-gejala lanjut pada anak yang hidup. Dalam garis besar perubahan-perubahan yang terjadi pada asfiksia adalah:
- Menurunnya tekanan oksigen arterial
2.                                         - Meningkatnya tekanan karbondioksida
3.                                         - Turunnya pH darah
4.                                        - Dipakainya simpanan glikogen tubuh untuk metabolisme anaerob
5.                                        - Terjadinya perubahan fungsi sistem kardiovaskular
  
2.3 Klasifikasi
1.    Akut
Klinis berupa episoda hipoksemia sementara, yang tidak disertai asidosis
2.    Kronis
Klinis berupa hipoksemia yang menetap, disertai asidosis metabolik atau respiratorik.

2.4 Etiologi
1.   Insufisiensi utero plasenta
2.   Kompresi tali pusat
3.   Komplikasi janin misalnya akibat sepsis atau perdarahan

2.5 Diagnosis
1.  Asfiksia Akut
a.            Profil biofisik janin (seperti gerakan nafas, gerakan tubuh, tonus fleksor janin) berkurang atau menghilang
b.            NST dan OCT memperlihatkan kelainan
c.             Terdapat tanda-tanda gawat janin
2.  Asfiksia Kronis
a.            Oligohidramnion
b.            PJT
c.             Pewarnaan mekonium pada cairan ketuban maupun bagian luar janin
d.            Sonografi Doppler : memperlihatkan adanya pertumbuhan janin terhambat

2.6Komplikasi
1.   IUGR
Merupakan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, sehingga beberapa parameter janin berada dibawah sepuluh persentil (kurang dari 2 SD) dari umur kehamilan yang seharusnya. Hal ini disebabkan keadaan hipoksia.

2.   Asidosis
Hipoksia juga menyebabkan terjadinya metabolisme anerobik sehingga menyebabkan asidosis (penurunan pH darah janin). Perubahan pertukaran gas dan transpor oksigen selama kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Pada tingkat permulaan gangguan ini mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Bila gangguan berlanjut, dalam tubuh terjadi metabolisme anaerobik.  Proses ini berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga sumber-sumber glikogen tubuh terutama dalam jantung dan hati berkurang. Asam-asam organik yang dihasilkan akibat metabolisme akan menyebabkan terjadinya asidosis metabolik.

3.   Iskemia usus dan ginjal, serta perdarahan intraventrikuler di otak.
Pada hipoksia terjadi pengalihan pasokan darah dari organ yang kurang penting (usus dan ginjal) sampai organ yang penting (otak dan jantung). Dengan demikian maka hipoksia akan menyebabkan iskemia usus dan ginjal serta perdarahan intraventrikuler di otak.

4.   Iskemia miokardium dan serebral
Hipoksia berat akan menyebabkan penurunan curah jantung sehingga terjadi iskemia miokardium dan serebral. Hal ini terjadi karena kerja jantung yang terganggu akibat dipakainya simpanan glikogen di dalam jaringan jantung. Asidosis metabolik yang terjadi juga mengganggu fungsi sel-sel jantung dan paru.

5.   IUFD
Keadaan di mana tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Pada dasarnya kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin dan akibat dari infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati.
Asidosis dan gangguan kardiovaskular akibat hipoksia mempunyai akibat buruk terhadap sel-sel otak dan dapat menyebabkan kematian anak atau timbulnya gejala-gejala lanjut pada anak yang hidup.

6.   Stillbirth
Kelahiran mati ialah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat lahir lebih atau sama dengan 1000 gram).
Asidosis dan gangguan kardiovaskular akibat hipoksia mempunyai akibat buruk terhadap sel-sel otak dan dapat menyebabkan kematian anak pada saat kehamilan atau pada saat proses persalinan.

7.   Asfiksia Neonatorum
Asfiksia yang terjadi pada bayi baru lahir biasanya merupakan kelanjutan dari anoxia / hipoksia janin.

2.7 Pemeriksaan Penunjang
a.    USG dan Sonografi Doppler
b.    Kardiotokografi
c.    Amnioskopi
d.    Pengambilan contoh darah janin


DAFTAR PUSTAKA

1.    Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS Bagian Pertama (Obstetri). Bandung. 2005
2.    J Midwifery Womens Health. 2005;50(6):498-506.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar